Wednesday, January 14, 2009

41-50

sudah Allah empunya pencoba
rumah dan batu habislah rebah
sekalian orang teraba-raba
laksana ikan yang kena tuba

ada yang makan minum mengasingkan diri
bercerailah dengan anak istri
seperti bahasa Arab nafsi-nafsi
masing-masing melepaskan diri

diceritakan oleh segala pandita
pada yakum al-kiamat nafsi dikata
tatkala jaman peruntungan kita
di dalam dunia sudahlah nyata

itu pun pepatah akan salahnya
takdir Allah Taala atas hamba-Nya
fa' al li-ma yurid inilah dalilnya
Allah Taala berbuat sekehendaknya

ada yang di lorong ada yang di pekan
meminta rezekinya suaranya perlahan
seraya menyembah mengangkatkan tangan
"memohon sesuap ayapan

perut hatiku sangatlah lapar
tulang dan sendi habislah gemetar
berdiri duduk tiadalah segar
urat dan tulang tiadalah tegar"

subhana'llahu heran terpekur
hati di dalam sangatlah hancur
tiadalah takut pada raja dan fetor
memohonkan rezeki dibawah bertutur

setengahnya pergi mendapat Inggris
orang besar bergelarkan komisaris
memohonkan rezeki sambil menangis
"perutku pedis bagai diiris"

raja pun kasihan kepada hambanya
barang y[ang] dimohonkan dikurnianya
/5r/ Wolanda Inggris murah hatinya
barang y[ang] dipinta seraya diberinya

setengahnya masuk ke dalam rimba
warna mukanya pucat berubah
makan daun kayu lakulah rebah
laksana ikan yang kena tuba

31-40

nyatalah Allah empunya marah
leburlah Pekat dengan Tambora
abunya melayang naik ke udara
jatuh menimpa negeri dan sengsara

Haji Mustafa orang yang keramat
turunlah bala terlalu amat
seolah dunia akan kiamat
Pekat dan Tambora tiadalah selamat

tiadalah ketahuan siang dan malam
terang cuaca menjadi kelam

Sultan Tambora Abdul Gafur
barang pekerjaannya sangatlah takabur
tiadalah percaya riwayat dan tutur
negeri dan badan menjadi lebur

Tanah Tambora yang kena durhaka
Bima dan Sumbawa dipindahkan belaka
sekalian orang telah celaka
sampai sekarang menanggung duka

ketika turun abu gelap gulita
siang hari memasang pelita
isinya alam tiadalah nyata
berjalan meraba seperti orang buta

wazir al-muazam raja yang tertib
memanggil haji imam dan khatib
menyuruh sembahyang membawa ratib
membaca Qur'an kalam Allah yang karib

sekalian memohon kepada Allah
minta ampun barang yang salah
"ya Illahi Rabbi Tuhanku allah
hilangkan apalah kiranya bala"

dikabulkan doa sekalian orang
gelap gulita baharulah terang
matahari kelihatan cahayanya cemerlang
baharulah hati rasanya girang

/4v/ wazir al-muazam raja yang kepala
mengeluarkan sedekah menolak bala
fakir dan miskin dberi segala
mudah-mudahan mendapat pahala

21-30

adalah pada waktu tengah malam
meletuplah bunyi seperti meriam
habislah terkejut sekalian alam
serasa dunia bagaikan karam

ayam berkokok haripun siang
undurlah orang daripada sembahyang
turunlah pasir bagai dikarang
habislah terkejut sekalian orang

pasir disangka hujan yang titik
jatuh di atap bunyinya mengeritik
hari yang terang kelam berbalik
air yang hilir menjadi mudik

tiadalah beberapa lamanya selang
turunlah abu bagai dituang
gegera gempar sekalian orang
terkejut melihat sekalian tercengang

abu yang turun sebagai ribut
rupanya alam kelam kabut
datanglah banjir mudik dari laut
terdampar ke laut perahu hanyut

bunyi bahananya sangat berjabuh
ditempuh air timpa abu
berteriak memanggil anak dan ibu
disangkanya dunia menjadi kelabu

asalnya konon Allah Taala marah
perbuatan Sultan Raja Tambora
membunuh tuan haji menumpahkan darah
kuranglah pikir dan kira-kira

Haji Mustafa konon namanya
Rum yang mulia nama negerinya
dengan Sayid Madinah sama turunnya
di Tanah Tambora tempat singgahnya

sebab kelakuannya wa'llahu a'lamu
karena hamba nin tiada bertemu
daripada orang berkabar makanya tahu
yang melihat sekali baharulah tentu

/4r/ berkat sudah mengunjung Baitullah
segala mintanya diterima Allah
dari tanah terbit api menyala
kayu dan batu hangus dan belah

11-20

/3r/ datanglah takdir Wahid al-Kahar
pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar
seribu dua ratus tahun tersesar
dua puluh delapan lebihnya berkisar

pada tahun Jim awal mulanya
diturunkan bala kepada hambanya
tanah Bima hangus semua padinya
laparlah orang sekalian isinya

lapar itu terlalu sangat
rupanya negeri tiada bersemangat
serasa dunia bekas kiamat
sukarlah gerangan baiknya bangat

tatkala jaman dari nenek moyang
belumlah ada bagai sekarang
sekadar kita membeli larang
tiadalah mati sekalian orang

orangpun tiada yang berpindah
masing-masing di negerinya ada
kecil dan besar tua dan muda
dimakanlah barang yang hadir ada

zaman sekaran ajaib terlalu
orangpun mati beribu-ribu
tiadalah menaruh takut dan malu
anak dijual bapak dan ibu

masing-masinglah membawa diri
tiada indahkan anak dan istri
makan dan minum seorang diri
tiadalah menoleh ke kanan dan kiri

adalah hujan lalu tertanam
padinya jadi sangatlah kelam
datanglah takdir Khalik al-alam
turunlah abu dua hari tiga malam

abupun banyak datang menimbun
rebahlah padi bersusun-susun
sebagai tikar dihampar konon
tiadalah boleh lagi dibantun

waktu subuh fajarpun merekah
diturunkan Allah bala celaka
/3v/ sekalian orang habislah duka
bertangis-tagisan segala mereka